politik dan islam

Thursday, December 12, 2019

KORELASI ANTARA ISLAM DAN POLITIK


KORELASI ANTARA ISLAM DAN POLITIK
Sebelum membahas korelasi antara islam dan politik terlebih dahulu saya akan menjelaskan pengertian secara sederhana apa itu korelasi, adalah salah satu teknik penelitian yang digunakan untuk untuk mencari hubungan antara dua variabel. Variable dalam pembahasan artikel kali ini yaitu  Islam dan  politik. Pengertian Islam secara sederhana yaitu sebuah agama yang dibawa nabi Muhammad saw. yang disitu terdapat ajaran ajaran ilahiyah. Sedang kata politik disini hanya diartikan sebuah metode atau cara seseorang untuk menggapai tujuan tertentu dengan berbagai upaya dilakukan.Dari hasil definisi secara sederhana antara Islam dan Politik dapat disimpulkan bahwa dalam Islam terdapat suatu ajaran tertentu yang oleh Nabi Muhammad dan orang-orang setelahnya yaitu para ulama yang merupakan sebagai penerus Nabi Muhammad untuk mengajarkan ajaran-ajaran tersebut kepada manusia dengan tujuan agar kehidupan didunia dan diahirat kelak senantiasa bahagia. Islam sebagai agama samawi yang komponen dasarnya 'aqidah dan syari'ah, punya korelasi erat dengan politik dalam arti yang luas. Sebagai sumber motivasi masyarakat, Islam berperan penting menumbuhkan sikap dan perilaku sosial politik. Implementasinya kemudian diatur dalam syari'at, sebagai katalog lengkap dari perintah dan larangan Allah, pembimbing manusia dan pengatur lalu lintas aspek-aspek kehidupan manusia yang kompleks. Islam dan politik mempunyai titik singgung erat, bila keduanya dipahami sebagai sarana menata kebutuhan hidup rnanusia secara menyeluruh. Islam tidak hanya dijadikan kedok untuk mencapai kepercayaan dan pengaruh dari masyarakat semata. Politik juga tidak hanya dipahami sekadar sebagai sarana menduduki posisi dan otoritas formal dalam struktur kekuasaan, akan tetapi lebih ditekankan pada arti secara sederhana yaitu suatu cara tertentu dengan tujuan tertentu yang lebih mulia. Hubungan antara agama dan politik secara umum dapat dilihat dan diamati dari kedudukan agama dan perannya dalam kehidupan masyarakat. agama mempunyai kedudukan sentral dalam kehidupan seseorang, karena agama memberikan tujuan umum kehidupan dan membantu memusatkan energinya dalam usaha menempuh tujuan-tujuan tersebut. Jika agama bagi seseorang diyakini tidak sekedar anutan dalam nama saja.
Maka, pemikiran keagamaanya akan membentuk kerangka intelektual dalam segala kegiatannya, karena agama membawa kesadaran akan keadaan yang lebih luas, dimana tujuan kehidupan seseorang telah diletakkan dan ditentukan, maka agama akan menjadi penggerak terhadap semua aktifitas yang dilakukanya. Jadi, tanpa agama itu, kegitan-kegitan tersebut tidak akan dapat dilaksanakan. Islam sejak awal mulanya telah memilki relevansi dengan organisasi politik dan social di masyarakat yaitu Islam yang bermuatan rokhani, ahlak, pemikiran, pendidikan, jihad, sosial, ekonomi, dan politik, sehingga politik dalam Islam berhubungan erat dengan agama, karena agama pada hakikatnya merupakan sebuah ajaran universial yang datang dari Tuhan, sehingga manusia harus bertanggung jawab melaksanakan ajaran yang universal tersebut serta bertanggung jawab memberitahukan ajaranya kepada sesamanya melalui berbagai upaya agar tujuan hidup tercapai yaitu kehidupan yang beragama. Korelasi yang paling mendasar antara politik dan agama terletap pada upaya yang dilakukan, karena politik itu sendiri berisikan kerangka berfikir untuk tujuan tertentu. Sedangkan agama merupakan sebuah ajaran. jadi sebuah ajaran dapat diajarkan kepada manusia melalui cara dan upaya untuk tujuan yang akan dicapai tentunya dengan tujuan yang mulia. Jadi ketika politik digunakan untuk hal yang baik, maka hasilnya akan baik juga. Sedangkan apapila politik digunakan untuk tujuan tercela, maka hasilnya sesuai apa yang jadi tujuanya.

Wednesday, August 9, 2017

Sejarah perkembangan politik islam di Indonesia



Islam merupakan agama yang fleksible, eksistensinya dapat diterima dan dapat diterapkan pada kondisi zaman kapanpun. Sebagai bukti bahwa islam itu fleksible, bila dilihat dari sejarah perkembanganya di indonesia, Islam begitu cepat berkembang dan mampu bersaing dengan doktrin agama yang telah ada jauh sebelum Islam datang. Realisasinya begitu banyak kerajaan Islam yang ada di indonesia dan mampu merangkul berbagai suku, ras serta golongan tertentu yang ajaranya jelas berbeda. Dengan kegigihan dan kesabaran para penyiar aga islam waktu itu, maka terwujudlah Islam dapat merambah berbagai suku, ras serta golongan yang nantinya seiring dengan zaman terwujudlah kesatuan bangsa yaitu bangsa Indonesia. Hal itu terjadi tidak lain karena pengaruh para pejuang Islam yang tidak lari dari tujuan agama Islam ada di muka bumi yaitu agama yang rahmatal lil ‘alamin. Ajaran itulah yang membuat para pemuka Islam untuk membuat idiologi – idiologi tertentu untuk diajarkan serta di sebar luaskan pada era sejarah hingga saat ini.
Seiring dengan perkembangan zaman, Islam semakin berkembang dan mempunyai pengaruh yang signifikan hinga pada ahirnya muncullah sebuah perkumpulan dan gerakan hingga terbentuklah komponen bangsa ini  untuk mendirikan organisasi – organisasi politik Islam sebagai wadah baru yang mampu menampung aspirasi aspirasi rakyat. Setelah itu barulah muncul pemikiran ideologis Islam. sekitar tahun 1930-an Munculnya MIAI, GAPI, dan lain-lain dalam Majelis Rakyat Indonesia (MRI) misalnya, telah memunculkan ide-ide masa depan Indonesia, yaitu tuntutan Indonesia berparlemen. Pemikiran ideologis itu misalnya muncul dalam bentuk yang sangat sederhana. Seorang juru bicara MIAI, Wiondoamiseno, mendukung Indonesia berparlemen dengan catatan bahwa parlemen itu harus "berlandaskan Islam" tanpa menjelaskan apa maksudnya. pemikiran ideologis ini muncul lebih sistematik ketika GAPI menyusun suatu memorandum mengenai konstitusi Indonesia masa depan, MIAI mengatakan bahwa ia mendukung rencana GAPI dengan mengharapkan agar kepala negara Indonesia adalah beragama Islam. Akan tetapi Menjelang kemerdekaan Indonesia, perdebatan dalam Badan Penyelidik melibatkan pemimpin Islam pada perdebatan sengit tentang konstitusi negara. Kompromi yang membawa kepada kemenangan Islam hampir saja diraih bila saja tidak ada upaya-upaya lobbyingI yang dilakukan Muhammad Hatta dengan pemimpin Islam untuk merelakan penghapusan "tujuh kata" dalam Mukaddimah UUD 1945. Penghapusan tujuh kata yang penting dan diperdebatkan secara mendalam itu hanya dihadapi dengan "kepentingan keutuhan nasional".
Pada perkembangan berikutnya, kekuatan ideologis Islam menempatkan posisinya pada kedudukan partai politik Islam yang ternyata tidak membawa perubahan kualitatif apapun dalam perkembangan Indonesia modern. Kehadiran partai politik Islam di masa setelah kemerdekaan selalu ditandai dengan beragamnya aspirasi politik dari "partai-partai Islam", sehingga pada gilirannya partai politik Islam itu berjalan sendiri-sendiri hingga keadaan saat ini. Umat Islam saat ini tidak mau dikendalikan oleh partai manapun termasuk pasrtai yang berasaskan islam. Hal itu terjadi karena peran ulama dalam berbagai kekuatan politik dan peran kemasyarakatan merupakan fenomena baru setelah era partai Islam memudar yang mampu membawa kekuatan idiologi – idiologi politik Islam yang independent tanpa ikut campur tangan partai manapun termasuk partai yang berasaskan islam. Dengan begitulah umat Islam akan menjadi kekuatan politik yang mampu menjaga keutuhan kemerdekaan indonesia tanpa pengaruh idiologi – idiologi politik di luar Islam Indonesia. Karena Islam Indonesia sangat berbeda denga Islam lain. Islam Indonesia yang kultural yang sangat menjunjung nilai – nilai dan budaya pribumi serta menjaga idiologi yang islami untuk dijadikan pegangan hidup serta menjaga etika dalam berpolitik untuk menjunjung nilai kebangsaan yaitu bangsa Indonesia.

Monday, August 7, 2017

POLITIK ISLAM PADA MASA KERAJAAN MAJA PAHIT



POLITIK ISLAM PADA MASA KERAJAAN MAJA PAHIT                                                   
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya (1293 M). Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 yaitu pada masa kekuasaan Hayam Wuruk (1350-1389 M) yang didampingi oleh Patih Gadjah Mada (1331-1364 M. Kerajaan inilah yang nantinya di jadikan kerajaan Islam oleh wali songo yang dipindahkan ibu kotanya dari maja pahit ke wilayah demak  yang dululnya merupakan wilayah kekuasaan dari kerajaan maja pahit
yang nanntinya di jadikan nama sebuah kerajaan bernama DEMAK BIN TORO yang didirikan oleh RADEN PATAH atas restu dan dukungan para wali songo yang diperkirakan tidak lama setelah keruntuhan kerajaan majapahit ( semasa pemerintahan prabu brawijaya ke V / kertabumi ) yaitu tahun ± 1478 M . sinengkelan ( ditandai dengan condro sengkolo ) “ SIRNO ILANG KERTANING BUMI “ . adapun berdirinya kerajaan demak sinengkelan “ geni mati siniram janmi” yang artinya tahun soko 1403 / 1481 M.
            Islam pada masa kerajaan maja pahit dengan leluasa pada masa prabhu brawijawa  yang menurut sejarah yang ada diawali saat  prabhu brawijaya memiliki permaisuri dari kerajaan campa yang sangat cantik. Melihat kecantikan putri berdarah indo-china ini, Prabhu Brawijaya terpikat. Dan sampai pada ahirnya Dewi Anarawati  oleh beliau di peristri. Saking tergila-gilanya, manakala Dewi Anarawati meminta sesuatu dari baginda prabu, beliau langsung menurutinya.
            Setelah Dewi Anarawati yang muslim itu telah berhasil merebut hati Prabhu Brawijaya. Dia lantas menggulirkan rencana politknya yaiatu meminta kepada Prabhu Brawijaya agar saudara-saudaranya yang muslim, yang banyak tinggal dipesisir utara Jawa, dibangunkan sebuah Ashrama, sebuah Peshantian, sebuah Padepokan, seperti halnya Padepokan para Pandhita Shiva dan para Wiku Buddha. Mendengar permintaan istri tercintanya ini, Prabhu Brawijaya tak bisa menolak. Setelah baghinda menuruti kemauanya lalu Dewi Anarawati segera mengusulkan, agar diperkenankan memanggil kakak iparnya, Syeh Ibrahim As-Samarqand yang kini ada di Champa untuk tinggal sebagai Guru di Ashrama Islam yang hendak dibangun sebagai pusan pendidikan bagi kaum muslim. Dan lagi-lagi, Prabhu Brawijaya menyetujuinya.
Dan permintaan ini adalah sebuah kabar keberhasilan luar biasa bagi Raja Champa. Misi peng-Islam-an Majapahit sudah diambang mata. Maka berangkatlah Syeh Ibrahim As-Samarqand ke Jawa. Diiringi oleh kedua putranya, Sayyid ‘Ali Murtadlo dan Sayyid ‘Ali Rahmad. Sesampainya di Gresik, pelabuhan Internasional pada waktu itu, mereka disambut oleh masyarakat muslim pesisir yang sudah ada disana sejak jaman Prabhu Hayam Wuruk berkuasa. Masyarakat muslim ini mulai mendiami pesisir utara Jawa semenjak kedatangan Syeh Maulana Malik Ibrahim, yang pada waktu itu memohon menghadap kehadapan Prabhu Hayam Wuruk hanya untuk sekedar meminta beliau agar ‘pasrah’ memeluk Islam. Tentu saja, permintaan ini ditolak oleh Sang Prabhu Hayam Wuruk pada waktu itu karena dianggap lancang. Namun, beliau sama sekali tidak menjatuhkan hukuman. Beliau dengan hormat mempersilakan rombongan Syeh Maulana Malik Ibrahim agar kembali pulang. Namun sayang, di Gresik, banyak para pengikut Syeh Maulana Malik Ibrahim terkena wabah penyakit yang datang tiba-tiba. Banyak yang meninggal. Dan Syeh Maulana Malik Ibrahim akhirnya wafat juga di Gresik, dan lantas dikenal oleh orang-orang Jawa muslim dengan nama Sunan Gresik.
Syeh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik telah datang jauh-jauh hari sebelum ada yang dinamakan Dewan Wali Sangha ( Sangha = Perkumpulan orang-orang suci. Sangha diambil dari bahasa Sansekerta. Bandingkan dengan doktrin Buddhis mengenai Buddha, Dharma dan Sangha. Kata-kata Wali Sangha lama-lama berubah menjadi Wali Songo yang artinya Wali Sembilan.: Damar Shashangka
Rombongan dari Champa ini sementara waktu beristirahat di Gresik sebelum meneruskan perjalanan menuju ibukota Negara Majapahit. Sayang, setibanya di Gresik, Syeh Ibrahim As-Samarqand jatuh sakit dan meninggal dunia. Orang Jawa muslim mengenalnya dengan nama Syeh Ibrahim Asmorokondi. Makamnya masih ada di Gresik sekarang.
Kabar meninggalnya Syeh Ibrahim As-Samarqand sampai juga di istana. Dewi Anarawati bersedih. Lantas, kedua putra Syeh Ibrahim As-Samarqand dipanggil menghadap. Atas usul Dewi Anarawati, Sayyid ‘Ali Rahmad diangkat sebagai pengganti ayahnya sebagai Guru dari sebuah Padepokan Islam yang hendak didirikan. 
Setelah padepokan Islam didirikan sayyid ‘ali Rahmad, disokong pendanaan dari Majapahit, membangun pusat pendidikan Islam pertama di Jawa. Para muslim pesisir datang membantu. Tak berapa lama, berdirilah Padepokan Ampeldhenta. Istilah Padepokan lama-lama berubah menjadi Pesantren untuk membedakannya dengan Ashrama pendidikan Agama Shiva dan Agama Buddha. Lantas dikemudian hari, Raden Rahmad dikenal dengan nama Sunan Ampel.
Begitulah kiranya masuknya Islam pada masa kerajaan maja pahit. Semua di lakukan menggunakan da’awah islam danpolik demi tujuan tertentu. Karena politik menurut Islam adalah suatu siasat tertentu alan kekuasaan demi mewujudkan impian akan kebutuhan dan kelarasan umat. Di dalam berdawah tentu saja memakai etika untuk menunjang tujuan mereka di dalam  praktik politik mereka didalam menyebarkan aga Islam. Semoga bermanfaat..............................................amin


Sunday, August 6, 2017

Tujuan Berpolitik Dalam Persepektif Islam



            Sebelum mengetahui tujuan berpolitk dalam Islam terlebih dahulu kita mengetahui apa itu politik menurut  Islam. Definisi politik dari sudut pandang Islam adalah sebuah upaya untuk mengaturan urusan-urusan (kepentingan) umat baik dalam negeri maupun luar negeri berdasarkan hukum-hukum Islam. Pelakunya bisa negara (khalifah) maupun kelompok atau individu rakyat.
Rasulullah saw bersabda:
“Adalah Bani Israel, para Nabi selalu mengatur urusan mereka. Setiap seorang Nabi meninggal, diganti Nabi berikutnya. Dan sungguh tidak ada lagi Nabi selainku. Akan ada para Khalifah yang banyak” (HR Muslim dari Abu Hurairah ra).
Hadits diatas dengan tegas menjelaskan bahwa Khalifahlah yang mengatur dan mengurus rakyatnya (kaum Muslim) setelah nabi saw. hal ini juga ditegaskan dalam hadits Rasulullah:
“Imam adalah seorang penggembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya”.
            Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan berpolitik dalam Islam sungguh sangat mulia yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Menegakkan agama dan merealisasikan perhambaan kepada Allah Tuhan semesta alam
seperti diterangkan dalam surah al – syura ayat 13 yang artinya

“Tegakkanlah pendirian agama, dan janganlah kamu berpecah belah atau berselisihan pada dasarnya”. Berat bagi orang-orang musyrik (untuk menerima ugama tauhid) yang engkau seru mereka kepadanya. Allah memilih serta melorongkan sesiapa yang dikehendakiNya untuk menerima agama tauhid itu, dan memberi hidayah petunjuk kepada agamaNya itu sesiapa yang rujuk kembali kepadaNya (dengan taat).”
(Surah al-Syura: 13)

Diterangkan juga dalam surah al – hajj ayat 41 yang artinya

“Iaitu mereka (umat Islam) yang jika Kami berikan mereka kekuasaan memerintah di bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat, dan mereka menyuruh berbuat kebaikan serta melarang dari melakukan kejahatan dan perkara yang mungkar. Dan (ingatlah) bagi Allah jualah kesudahan segala urusan.”
(Surah al-Hajj: 41)

- Menegakkan keadilan

Tujuan Islam berpolitik yaitu untuk merealisasikan keadilan dengan seluas-luasnya serta mewujudkan satu umat yang berdiri di atas kebaikan dan keadilan, yaitu umat yang mampu membenarkan yang benar dan mampu membatil yang batil sehingga menjadikan masyarakat yang penuh dengan etika terutama dalam hal politik. Melindungi orang ramai daripada kezaliman serta menegakkan keadilan di atas muka bumi ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh risalah Islam dari segi kemasyarakatan. Firman Allah S.W.T.:

Maksudnya: “Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka: orang-orang yang fasik.”
(Surah Ali ‘Imran: 110)


Dengan demikian Maka umat Islam yang terjun ke dalam politik harus benar - benar meluruskan niatnya demi untuk mencapai kesejahteraan hidup rakyat banyak yang dipimpin atau diwakilinya sehingga mereka yang terjun didalamnya tidak terjebak ke dalam praktek politik koruptif  yang hanya berpihak kepada pemegang modal dan tidak pernah memikirkan kebutuhan hidup orang banyak yang semakin menyengsarakan hidup mereka.




Saturday, August 5, 2017

etika berpolitik dalam pemahaman islam modern


Islam merupakan agama yang di dalamnya diajarkan nilai nilai moral yang pernah diajarkan oleh baginda nabi Muhammad saw dan sampai saat ini di era Islam yang modern, konsistensi ajaranya masih sangat diperlukan dan perlu digalakan. karena ajaran itu sampai kapanpun akan tetap relevan jika ajarkan. Sesuai hadis nabi Muhammad S.a.w. yang artinya : Sungguh aku telah diutus oleh Allah tidak lain untuk menyempurnakan ahlak. Dengan kata lain islam datang untuk merubah adat istiadat bangsa Arab yang tidak berperikemanusiaan. Ibnul Qayyim bahkan mengatakan bahwa semua isi agama adalah etika. “Barang siapa bertambah etikanya, maka bertambah pula agamanya”, kata Ibnul Qayyim. Ungkapan ini menunjukkan perhatian Islam terhadap masalah moral dan etika yang tujuannya adalah untuk menegakkan kehidupan yanglebih adil, harmonis, dan kemauan untuk bekerja sama. Logika hadis ini hendak mengemukakan bahwa masyarakat tidak akan sempurna tanpa moral atau budi pekerti (akhlak). Seolah olah Nabi tidak perlu diutus jika tidak ada misi penyempurnaan moral. Masalah moral terkait dengan kehidupan bersama baik di dalam masyarakat maupun negara. Kumpulan orang-orang di dalam suatu masyarakat harus diikat oleh suatu konsensus-konsensus sosial yang bermoral sehingga kepentingan setiap orang tidak saling bertabrakan. Itulah sebabnya,kepemimpinan dibutuhkan untuk mengorganisasikan berbagai kepentingan itu dalam wadah sistem politik Dalam Islam, masalah politik setua Islam itu sendiri. Pemerintahan NabiMuhammad SAW di Madinah adalah pemerintahan yang berjalan berdasarkan moral al-Qur’an. Hukum ditegakkan dan ketidak adilan tak boleh hidup di sana. Selama pemerintahannya, Nabi di samping berpegang pada wahyu juga mengajak  bermusyawarah dengan para sahabatnya. Karena itu, tidak ada gerakan perlawananyang menggerogoti pemerintahannya. Hal ini terjadi karena dua hal. Pertama, pemerintahan Nabi Muhammad SAW berlandaskan etika. Kedua, tindakan makar tidak diperkenankan karena ia sama dengan melanggar kepatuhan kepada ulil amr dan Rasulullah.
” (HR. Abu Daud). Riwayat ini dikemukakan untuk menunjukkan bahwa dalam politik itu ada etika sehingga cara mengkritik yang merong rong kewibawaan suatu pemerintahan adalah sebuah pembangkangan yang bisa mendorong padatindakan makar. Kritik haruslah disampaikan secara konstruktif dan dengan alasan-alasan yang rasional serta mengedepankan etika moral sehingga ia berguna bagi perubahan-perubahan kebijakan pemerintahan. Untuk itu SIAPA pun yang terjun dalam bidang politik pasti memiliki kepentingan kekuasaan. Kekuasaan di mata Islam bukanlah barang terlarang, sebaliknya kekuasaan dan politik dianjurkan selama tujuannya untuk menjalankan visi-misi kekhalifahan. Untuk itu kekuasaan harus didapatkan dengan tetap berpegang pada etika Islam. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah memberikan panduan etika dalam kehidupan manusia. Karena itu etika dalam politik menjadi suatu keharusan. Di sini terlihat Islam sebagai way of life (pandangan hidup) yang baik dan memiliki moral code atau rule of conduct dalam melayani rakyat. Islam datang dengan resource yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan yaitu Alquran sebagai sumber utama dan dipertegaskan dengan Sunnah Nabi. Alquran sebagai dasar  bagi manusia kepada hal-hal yang dilakukan memberikan tekanan-tekanan atas amal perbuatan manusia (human action) dari pada gagasan. Artinya Alquran memperlakukan kehidupan manusia sebagai keseluruhan aspek yang organik, semua bagian harus dibimbing dengan petunjuk dan perintah-perintah etik yang bersumber dari wahyu, yang mengajarkan konsep kesatuan yang padu dan logis.
                Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulah bahwa didalam era yang modern dewasa ini  berpolitik wajib ber etika yang berlandaskan aturan - aturan tuhan yang terkonsep dalam al – Quran dan hadis nabi Muhammad saw. Dengan begitulah nantinya setiap individu maupun kolektif yang berkecimpung di dunia politik tidak sampai melanggar norma – norma yang  dapat membawanya pada taraf abmoral.

KORELASI ANTARA ISLAM DAN POLITIK

KORELASI ANTARA ISLAM DAN POLITIK Sebelum membahas korelasi antara islam dan politik  terlebih dahulu saya akan menjelaskan pengertian s...